Berwisata ke Bandung tak hanya sekedar wisata alam, berbelanja, maupun kuliner. Saatnya Anda menambah rasa cinta akan budaya kebanggaan ...
Berwisata ke Bandung tak hanya sekedar wisata alam, berbelanja, maupun kuliner. Saatnya Anda menambah rasa cinta akan budaya kebanggaan Indonesia dan dunia di Saung Angklung Udjo. Sebuah lokasi wisata yang pantas dan tepat dimana tarian tradisional dan permainan angklung membaur dalam suasana riang gembira.
Saung Angklung Udjo berlokasi di Jalan Padasuka 118 Bandung merupakan sanggar seni, laboratorium pendidikan, sekaligus sebagai obyek wisata budaya Sunda khas Jawa Barat. Saung Angklung Udjo dapat diibaratkan oase kebudayaan di tengah perkampungan padat, di atas tanah seluas 1,2 hektar. Telah 42 negara yang mengenalkan permainan angklung ini, bahkan di Korea Selatan angklung telah dikenalkan sejak masih Sekolah Dasar.
Di Saung Angklung Udjo, kesenian angklung dikemas dengan sangat menarik oleh Udjo Ngalagena (alm) yang akrab dengan panggilan Mang Udjo dan isterinya, Uum Sumiati. Mang Udjo dikenal sebagai pembuat angklung sejak tahun 1966. Udjo Ngalagena bersama istrinya belajar pada Daeng Soetigna mendirikan padepokan seni Saung Angklung Udjo, Sundanese Art & Bamboo Craft Center pada awal tahun 1967. Saung Angklung Mang Udjo berusaha mewujudkan cita-cita dan harapan mendiang Mang Udjo yang atas kiprahnya mengenalkan musik Angklung hingga dijuluki sebagai Legenda Angklung.
Angklung merupakan instrumen musik tradisional yang terbuat dari bambu dan pengembangan dari instrumen Calung yaitu tabung bambu yang dipukul, sedangkan angklung merupakan tabung bambu yang digoyang, menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya. Pada awalnya angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la). Dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Kini dengan teknik tertentu bisa dimainkan oleh beberapa orang saja. Tahun 1938 Daeng Soetigna memodifikasi suara angklung menjadi diatonis (do re me fa so la ti). Sejak saat itu angklung mulai dikenal secara internasional hingga pernah ditampilkan dalam acara Konferensi Asia-Afrika, Bandung 1955. Angklung kini lebih sering ditampilkan dalam bentuk orchestra dan semakin banyak dibina di sekolah.
Saung Angklung Udjo merupakan sepenggal kisah bagaimana kekayaan budaya lokal masih dapat bertahan dan barakulturasi dengan desakan arus globalisasi. Di sinilah Anda dapat merasakan kesegaran alam, kicauan burung dan kegembiraan anak-anak dalam pementasan budaya Sunda.
Kegiatan
Anda harus merasakan suara Angklung digoyang dengan tangan Anda sendiri karena alat musik ini khas dan menyimpan pesona kemolekan bentuknya dan irama. Saat Anda gerakan maka angklung menebar berjuta harmoni yang menyatu dalam suasana riang. Alunan Rumpun Bambu Saung Angklung Udjo adalah sketsa keindahan bumi Tatar Sunda.
Tiket masuk SAU seharga Rp60.000,00 (turis domestik) dan Rp100.000,00 (turis mancanegara). Harga itu sudah termasuk souvenir berupa kalung berbandul angklung, brosur dan minuman gratis. Pertunjukan Bambu Petang merupakan sebuah mahakarya Udjo Ngalagena yang masih dapat kita apresiasi hingga kini, dipentaskan setiap hari mulai pukul 15.30 wib. Pertunjukan ini merupakan pagelaran apik dari budaya tradisi Sunda.
Sebelumnya Anda dapat berkeliling SAU. Di bagian belakang panggung terdapat semacam gudang tempat menyimpan angklung. Anda dapat melihat persiapan pementasan angklung dimana seorang ibu sedang mendandani anak-anak kecil mengenakan kebaya. Keceriaan anak-anak adalah ruh Saung Angklung Udjo. Sejak tahun 1966 proses regenerasi seni tradisi dilakukan dengan cara bermain sambil belajar. Di setiap sudut, senyuman dan sapaan anak-anak akan menemani Anda berkenalan dengan budaya khas Sunda.
Saat suara angklung bersautan maka telinga Anda tidak akan asing mendengarnya karena lagu yang dimainkan cukup familiar. Yang mengejutkan bisa jadi para pemainnya adalah orang asing dari berbagai negara yang sedang berlajar budaya Sunda.
Acara pembuka pertunjukan bambu biasanya petang hari pukul 15.30 dan dimulai dengan demonstrasi wayang golek yang menyampaikan pesan-pesan moral agar manusia patuh pada Pencipta dan berbuat baik pada sesama. Berikutnya pertunjukan tarian kuda lumping oleh anak kecil laki-laki yang diuruti dengan permainan angklung murid-murid SAU. Dilanjutkan pertunjukan arumba yaitu gabungan permainan arumba, kulintang dan angklung oleh remaja. Berturut-turut atraksi berikutnya adalah pencak silat dan angklung mini. Dalam pertunjukan angklung mini Anda akan diajak bernyanyi bersama diiringi permainan angklung anak-anak yang usianya di bawah 8 tahun.
Anda pun akan diajari bagaimana caranya bermain angklung dimana masing-masing pengunjung dibagikan angklung yang ada nomor nada. Setelah bermain angklung bersama Anda disuguhkan atraksi angklung orkestra diakhiri menari bersama diiringi permainan angklung.
Suasana ramah, tempat dengan aura seni yang kental, suara angklung, riuh tepuk tangan, semua melengkapi kebahagiaan Anda berada di tempat ini. Gemerisik daun bambu menyapa telinga, mulai dari gerbang hingga pojok paling belakang; bambu dan bambu. Udara segar menghantar kita untuk merasakan suasana tradisi, menikmati alam dan keragaman jenis pohon bambu.
Pagelaran Angklung Khusus yang dibuat Daeng Soetigna (Alm) memiliki sifat 5 M; Mudah, Murah, Mendidik, Menarik dan Masal. Juga jangan lupakan 3 hal pokok dari angklung yaitu konsentrasi, sinergi dan harmoni. Sepulang dari tempat ini maka Anda akan menerima pesan dari Bapak Angklung Dunia, Daeng Soetigna (Alm), untuk meneruskan misinya memperkenalkan Angklung ke semua orang di seluruh dunia agar dikenal di mana-mana, dengan sebuah gagasan bahwa melalui penampilan kesenian musik Angklung akan dapat membantu mendorong terciptanya perdamaian di dunia.
Amati pula di sini terdapat tempat produksi angklung sebagai pusat produksi angklung di Indonesia. SAU merupakan tempat untuk melihat dan belajar bagaimana sebatang bambu menjadi melodi yang merdu. Kenali dan ketahui proses khasanah kearifan lokal sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya tradisi local.
GUIDE ( ARAH PETUNJUK ) MENUJU SAUNG ANGKLUNG UDJO BANDUNG : http://f-trans.blogspot.com/2015/07/guide-route-menuju-saung-angklung-udjo.html