Secara perlahan matahari mulai beranjak dari tempat terbitnya menjauh ke tengah langit, menerobos gumpalan hitam ...
Secara perlahan matahari mulai beranjak dari tempat
terbitnya menjauh ke tengah langit, menerobos gumpalan hitam yang sejak pagi
tadi menghalangi keindahannya. Meski tak langsung hilang dari permukaan langit,
gumpalan awan hitam mulai menyingkir, mempersilakan sang raja siang menempati
singgasananya. Sedikit demi sedikit kecerahan mulai tampak, menghilangkan
prediksi akan terjadinya hujan.
Perubahan cuaca ini juga yang kembali membulatkan
tekad saya dan tim DUTA RIMBA untuk mengunjungi sebuah obyek wana wisata nan
eksotis di selatan Jawa Barat, Karang Nini. Menyebut namanya, setiap orang
pasti mafhum jika Karang Nini merupakan sebuah karang di pelataran pantai. Ya,
memang begitulah bentuk aslinya, sehingga obyek ini pun dikenal dengan sebutan
Pantai Karang Nini.
Namun, Pantai Karang Nini bukanlah obyek wisata biasa.
Pantai Karang Nini yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis ini adalah kawasan
perpaduan antara hutan dan pantai. Obyek wana wisata ini memiliki pemandangan
yang luar biasa indah dengan hiasan hamparan hutan jati yang luas dan rimba
yang masih alami.
Wana wisata Karang Nini sebenarnya terletak pada jalur
wisata menuju Objek Wisata Pantai Pangandaran yang merupakan salah satu objek
wisata primadona di Jawa Barat. Hanya saja , karena letaknya yang menjorok ke
dalam sejauh 2,5 km serta kondisi jalannya yang kurang baik menjadi salah satu
penyebab kurangnya tingkat kunjungan ke wana wisata ini.
Dengan letaknya yang berjarak 9 km sebelum
Pangandaran, wana wisata Karang Nini dapat ditempuh dari berbagai arah, baik
Jawa Barat maupun Jawa Tengah yang dilewati oleh berbagai jenis kendaraan umum
seperti bus, mini bus, elf, dan lain sebagainya. Jika ditelusuri, paling tidak
ada 4 jalur perjalanan yang dapat ditempuh yakni Garut Tasikmalaya Banjar Ciamis
Kalipucang Karang Nini: 170 km; Bandung Tasikmalaya Banjar -Ciamis Kalipucang
Karang Nini: 210 km; Cirebon Kuningan
Ciamis Banjar - Kalipucang Karang Nini: 170 km; dan Cilacap/Purwokerto Kalipucang Karang Nini: 95
km.
Kali ini, tim DUTA RIMBA memilih jalur yang melalui
Kota Banjar untuk menuju obyek wana wisata ini. Jalanan yang kami lalui tidak
selebar jalan utama Pangandaran Banjar, bahkan cenderung mengecil dan
berbelok-belok. Perlu sedikit kesabaran dan kehati-hatian, meski untungnya
jalan beraspal dengan kondisi cukup baik.
Kesabaran kami pun akhirnya terbalaskan saat keindahan
Pantai Karang Nini mulai terlihat sejak kami memasuki area parkir. Di pelataran
parkir ini suasana teduh berbalut kesejukan yang dihembuskan angin pantai
langsung kami rasakan. Begitu banyak pepohonan jati yang menjulang tinggi
merindangi pinggiran pantai itu. Suasana itu juga tampaknya dirasakan para
pengunjung lainnya dengan asyik berteduh di bawah rindangnya pepohonan jati,
sambil mendengarkan deburan ombak yang dibawa tiupan angin.
Tidak hanya itu saja, pada beberapa bagian jalan, kami
disuguhi panorama pantai di kejauhan dengan latar belakang Sagara Anakan (muara
Sungai Citanduy yang berujung di Pulau Nusakambangan). Sungguh sebuah
pemandangan yang tak terlupakan. Apalagi kami datang di saat yang tepat, ketika
cuaca cerah dengan lukisan langit yang begitu indah.
Kaya Pesona Alam
Secara administrasif pemerintahan, Objek wana wisata
ini termasuk ke dalam wilayah Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten
Ciamis. Dengan luas area 90.5 ha, Pantai Karang Nini terletak di RPH Kalipuang,
BKPH Pangandaran, KPH Ciamis. Objek wana wisata Karang Nini berada di
ketinggian antara 0-25 m dpl dengan konfigurasi lapangan yang umumnya
bergelombang.
Satu ciri khas yang menjadi daya tarik Pantai Karang
Nini adalah adanya dua buah batu karang yang sangat melegenda, yakni Karang
Nini dan Bale Kambang. Selain bentuknya yang unik, kedua batu karang tersebut
berbalut kisah yang memesonakan. Kisah kasih dua sejoli antara seorang nenek
dan kakek yang berubah wujud menjadi batu sebagai simbol kuatnya tali cinta
mereka. Dengan adanya kisah ini pula daya magis Pantai Karang Nini begitu
kentara.
Selain fenomena dua batu karang tadi, obyek wana
wisata ini juga menawarkan pemandangan yang luar biasa indah. Pengunjung dapat
menyaksikan berbagai jenis potensi obyek dan daya tarik wisata lainnya,
seperti: Pantai Perelek yang merupakan hamparan terumbu karang yang ditumbuhi
oleh biota laut sebagai sarana bagi Pendidikan dan penelitian Biota Laut serta
kegiatan menyelam ataupun Snorkelling;
Hutan Pantai dengan formasi Baringtonia yang merupakan hamparan hutan
pantai yang didominasi oleh tumbuhan jenis Butun (Baringtonia asiatica),
Nyamplung (Callophylum innophylum), Pandan Laut (Pandanus tectorius), Waru Laut
(Hibiscus tilliceus).
Berikutnya adalah
Vegetasi Pes-Caprae, merupakan formasi vegetasi yang khas pada
pesisir/pantai berpasir yang didominasi oleh tumbuhan Kangkung laut (Ipomoea
pescaprae); (4) Hutan Tanaman Jati, di mana para wisatawan bisa mengamati atau
mengobservasi mengenali jenis tumbuhan Jati dan Mahoni. Bahkan wisatawan bisa
mengamati bagaimana proses kegiatan Pengelolaan Hutan Tanaman Jati (teak
plantation forest management), mulai dari kegiatan persemaian, tanaman,
pemeliharaan hutan hingga kegiatan produksi/tebangan.
Adapun jenis fauna yang sering dijumpai antara lain
Kera (Macacca fascicularis) dan Lutung (Trachipytecus auratus sondaicus).
Sedangkan satwa lain yang terdapat di kawasan wisata Karang Nini di antaranya
Landak (Hystrix bracyura), Trenggiling (Manis javanica), Kancil (Tragulus
javanicus), Ayam Hutan (Gallus.g.varius), Burung Tulumtumpuk (Megalaema
javensis), Burung Raja Udang (Halcyon spp), Ular Sanca (Phyton molurus), dan
lain sebagainya.
Aura magis semakin terasa kental saat kita berkunjung
ke sejumlah makam. Masyarakat meyakini di sejumlah makam inilah disemayamkan
para karuhun yang memiliki kedekatakan dengan mereka. Bagi yang senang
berwisata ziarah, setelah datang kepada Juru Kunci atau Kuncen terlebih dahulu,
Anda dapat berkunjung ke Situs Budaya Cikabuyutan di mana di dalamnya terdapat
makam Eyang Anggasinga Wencana dan Mahapatih Bagaspati.
Di obyek wana wisata ini pengunjung juga dapat
menikmati sejuknya aliran mata air Sumur Tujuh. Kokon, menurut kabar dari
masyarakat setempat, air dari mata air Sumur Tujuh itu bisa membuat orang awet
muda serta menyembuhkan berbagai penyakit. Terdapat juga aquarium alam di muara
Cipangbokongan yang sangat menarik di saat air laut surut. Para pengunjung
dapat melihat berbagai jenis ikan hias yang terjebak di relung-relung terumbu.
Dan pengunjung juga dapat meneropong pulau Nusa Kambangan di sebelah timur dan
cagar alam Pananjung di sebelah selatan, dari menara pandang.
Di sini para pengunjung juga dapat menemukan gua-gua
alam yang terhampar di sepanjang wana wisata ini. Sejumlah gua tersebut antara
lain Gua Dompet, Gua Panjang, Gua Parat dan Gua Pendek. Setiap gua, konon,
menyimpan beragam kisah mistis yang menawarkan sensasi misteri. Bahkan, konon,
Gua Panjang merupakan jalan tembus menuju Kasunanan Cirebon. Sebuah polesan
kisah yang memperkaya khazanah budaya nusantara.
Jogging Track di Rerimbunan Alam Liar
Beragam cara dapat dilakukan untuk menikmati Pantai Karang Nini. Obyek wana wisata yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis ini menawarkan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati. Di sini sedikitnya terdapat 5 pemondokan wisata dengan arsitektur khas Sunda. Bagi pengunjung yang datang berkelompok disediakan juga saung pertemuan Bale Rancage yang dapat digunakan sebagai tempat menggelar beragam acara.
Beragam cara dapat dilakukan untuk menikmati Pantai Karang Nini. Obyek wana wisata yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis ini menawarkan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati. Di sini sedikitnya terdapat 5 pemondokan wisata dengan arsitektur khas Sunda. Bagi pengunjung yang datang berkelompok disediakan juga saung pertemuan Bale Rancage yang dapat digunakan sebagai tempat menggelar beragam acara.
Sejatinya, sangat disayangkan jika berkunjung ke wana
wisata ini hanya sesaat. Dengan menyewa pemondokan yang tersedia, DUTA RIMBA
sengaja bermalam untuk lebih menikmati pesona Pantai Karang Nini. Sembari
menyaksikan sunset yang tenggelam di permukaan laut, DUTA RIMBA menyusuri
pantai. Pilihannya adalah jogging track di antara rerimbunan pohon jati,
mahoni, angsana, ketapang, keben, johar, dan jenis lainnya di pinggir pantai.
Suasana sore kali ini memang sangat berkesan. Didukung
cuaca yang cerah, DUTA RIMBA mengabadikan sejumlah pesona alam yang tersaji.
Terlebih lagi saat pantai Nusa Kambangan dibidik melalui menara pandang. Sebuah
pengalaman eksotisme yang tak terlupakan.
Secara umum, di wana wisata Pantai Karang Nini para
pelancong dapat melakukan beragam aktifitas. Pengunjung dapat melihat keindahan
pemandangan alam hingga aktifitas outdoor seperti outbond dan flying fox.
Bahkan, di sini juga para pengunjung dapat melakukan observasi lingkungan alam,
baik flora, fauna, terumbu karang, maupun gejala fisik terbentuknya Gua Alam,
Situs Budaya Batu Kalde dan Situs Sejarah Gua Jepang.
Atau pengunjung
dapat pula memaksimalkan penjelajahan obyek wana wisata ini dengan Trekking,
yaitu melakukan penjelajahan hutan dan pantai hingga ke terowongan tempo dulu
Wilhelmina Tunnel sepanjang 1.200 meter. Untuk berwisata di malam hari,
pengunjung dapat pula memanfaatkan aktifitas wisata menginap dengan Camping dan
Pondok Wisata.
Kisah Kasih Karang Nini dan Bale Kambang
Pantai Karang Nini tak bisa lepas dari kisah percintaan dua insan. Wujud dua buah batu yang saling berhadapan di pantai ini mengisyaratkan adanya peristiwa tersebut. Paling tidak, demikianlah riwayat yang berkembang di masyarakat.
Pantai Karang Nini tak bisa lepas dari kisah percintaan dua insan. Wujud dua buah batu yang saling berhadapan di pantai ini mengisyaratkan adanya peristiwa tersebut. Paling tidak, demikianlah riwayat yang berkembang di masyarakat.
Alkisah, pada zaman dahulu di kampung Karang Tanjung
tinggal lah sepasang kakek dan nenek sakti yang bernama Ambu Kolot dan Aki Arga
Piara. Sejak kali pertama bertemu hingga umur serenta itu keduanya hidup sangat
bahagia. Meski tak dikaruniai anak, namun cinta kasih keduanya tak pernah
luntur. Tampaknya, keduanya memang jodoh sejati yang pertemukan.
Aki Arga Piara memiliki kegemaran memancing ikan di
laut. Suatu pagi, seperti biasanya, Si Aki pergi memancing. Si Nini yang
melihat cuaca yang kurang baik berusaha melarangnya pergi. Tetapi Ki Angga
Piara bersikeras tetap pergi mengingat persediaan bahan makanan di rumah hampir
habis. Beberapa kali kekhawatiran Si Nini disampaikan pada suaminya tetapi
tetap saja Si Aki keukeuh pergi. Walau dengan berat hati, akhirnya Si Nini
harus rela membiarkan suaminya pergi.
Waktu terus berjalan dengan cuaca yang semakin
memburuk. Awan hitam menyelimuti langit, angin bertiup semakin kencang dengan
petir yang saling menyambar. Tidak berapa lama hujan pun turun dengan derasnya.
Si Nini yang sendirian di rumah semakin was-was. Dia gelisah dan bingung tapi
tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam kepasrahan ia terus memikirkan nasib apa yang
sedang menimpa suaminya.
Sementara itu, Ki Angga Piara yang berada di tengah
lautan menyesali sikapnya. Ia menyesal karena tidak mau menggubris nasihat
istrinya. Perahu yang dinaikinya terombang-ambing oleh gulungan ombak yang kian
lama kian dahsyat. Badai pun datang. Akhirnya perahu yang ditumpangi Si Aki pun
hancur diserang badai hingga ia terpental dan tenggelam ditelan ombak yang
begitu besar dan berpusar-pusar.
Hujan dan badai tak juga berhenti, meski hari telah
berganti malam. Bahkan hingga keesokan harinya. Barulah menjelang siang, hujan
dan badai mereda dengan menyisakan keporak-porandaan di sepanjang pantai.
Begitu pun dengan kondisi Si Nini. Hujan dan badai menyisakan kepingan-kepingan
kecemasan yang menderanya sejak satu hari lalu.
Hari merembang petang saat matahari mulai manaiki
peraduannya di ufuk barat. Namun, Si Aki tak kunjung pulang. Kecemasan semakin
mencabik-cabik hati Si Nini. Kecemasan membuat dirinya gusar karena khawatir
terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan menimpa diri si Aki. Tanpa pikir
panjang, Si Nini pun mencari suaminya. Ditelusurinya sepanjang pantai seraya
memanggil-manggil nama Si Aki. Suaranya yang parau harus berlomba menembus
pekikan suara deburan ombak.
Namun, hingga hari berganti malam, kemalangan lah yang
menimpa Si Nini. Aki Arga Piara tak juga berhasi ia temukan. Begitu pun dengan
para penduduk yang turut membantu upaya pencarian. Mereka putus asa hingga
kembali pulang ke rumahnya masing-masing.
Kini tinggal lah Si Nini di tepi pantai. Ia meratapi
hilangnya sang suami. Akhirnya, demi menemukan Si Aki, dengan segenap
kesaktiannya ia pun bersemadi memohon kepada sang penguasa laut selatan, Nyi
Ratu Laut Kidul, agar bisa dipertemukan dengan Si Aki bagaimana pun keadaannya.
Permohonannya terkabul. Tidak berapa lama kemudian
menjelma lah di hadapan si Nini sebuah batu karang dalam keadaan mengambang,
sebagai perwujudan dari jasad Si Aki. Inilah batu yang saat ini dikenal sebagai
Bale Kambang. Konon kabarnya, jika kita berdiri di atas batu karang tersebut,
ia seolah-olah bergoyang.
Didorong oleh keinginan untuk membuktikan cinta kasih
dan kesetiaannya, Si Nini kembali bersemadi memohon kepada Nyi Ratu Laut Kidul
agar dirinya dijelmakan seperti Si Aki. Dan, akhirnya Si Nini pun menjelma
menjadi batu karang yang menghadap laut ke arah Bale Kambang. Inilah Karang
Nini, sebuah simbol cinta kasih dan kesetiaan dua insan sepanjang masa.
Aktivitas Wisata
1. Recreation, Sight seeing dan Refreshing (melihat keindahan pemandangan alam )
2. Pendidikan & Penelitian (observasi lingkungan alam baik flora, fauna, terumbu karang, maupun gejala fisik terbentuknya Gua Alam,
Situs Budaya Batu Kalde dan Situs Sejarah Gua Jepang
3. Trekking (kegiatan Penjelajahan hutan dan pantai hingga ke terowongan tempo dulu Wilhelmina Tunnel sepanjang 1.200 meter
4. Wisata Menginap (Camping dan Pondok Wisata)
5. Outdoor Activity lainnya (Outbond/Flying Fox)
1. Recreation, Sight seeing dan Refreshing (melihat keindahan pemandangan alam )
2. Pendidikan & Penelitian (observasi lingkungan alam baik flora, fauna, terumbu karang, maupun gejala fisik terbentuknya Gua Alam,
Situs Budaya Batu Kalde dan Situs Sejarah Gua Jepang
3. Trekking (kegiatan Penjelajahan hutan dan pantai hingga ke terowongan tempo dulu Wilhelmina Tunnel sepanjang 1.200 meter
4. Wisata Menginap (Camping dan Pondok Wisata)
5. Outdoor Activity lainnya (Outbond/Flying Fox)
Fasilitas
1. Lima pondokan wisata dengan arsitektur khas sunda yang berkapasitas tiga kamar
2. Saung pertemuan Bale Rancage
3. Menara pandang untuk melihat kejauhan yang didominasi oleh birunya air laut
4. Jogging track
5. Tempat bermain anak-anak
6. Tempat parkiran yang luas
7. Camping ground berkapasitas 300 orang
8. Fasilitas lain seperti: papan petunjuk, pos jaga, pondok kerja, jalan setapak, instalasi air, tempat sampah, shelter, pagar pengaman,
MCK, bangku, mushalla, menara pengintai, pesanggrahan, pusat informasi dan beberapa warung/kantin.
1. Lima pondokan wisata dengan arsitektur khas sunda yang berkapasitas tiga kamar
2. Saung pertemuan Bale Rancage
3. Menara pandang untuk melihat kejauhan yang didominasi oleh birunya air laut
4. Jogging track
5. Tempat bermain anak-anak
6. Tempat parkiran yang luas
7. Camping ground berkapasitas 300 orang
8. Fasilitas lain seperti: papan petunjuk, pos jaga, pondok kerja, jalan setapak, instalasi air, tempat sampah, shelter, pagar pengaman,
MCK, bangku, mushalla, menara pengintai, pesanggrahan, pusat informasi dan beberapa warung/kantin.
Perlahan
matahari mulai bergerak menjauhi tengah langit. Ya, hari mulai beranjak
meninggalkan teriknya siang hari. Saya dan rekan Yosi telah selesai berkemas
dan siap berpamitan dengan Pantai Barat Pangandaran, Pantai Timur Pangandaran, dan Cagar Alam Pananjung beserta
hamparan pasir putihnya. Akhirnya kami berjalan ke depan tidak berpaling lagi,
dengan harapan suatu saat kami akan bersilaturahmi kembali.
Kendaraan kami melaju meninggalkan
pantai nan indah. Di tengah perjalanan kami menjumpai papan-papan kecil yang
mengundang kami untuk mampir sejenak ke sebuah pantai yang tidak kalah
menariknya, ya … Pantai Karang Nini namanya yang berjarak kurang lebih 10 km
dari Pantai Pangandaran. Kami pun tergoda untuk menyambanginya meskipun harus
merogoh kocek kami 2500 rupiah per orang.
Kami pun menelurusi jalanan yang
tidak selebar jalan utama Pangandaran – Banjar, bahkan cenderung mengecil lagi
berlika-liku di ujung sana. Namun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
indah dan ramah Pantai Karang Nini yang kami jumpai di sana. Ketika memasuki
pelataran parkir, kami merasakan begitu teduh dan sejuk karena banyak pepohonan
tinggi yang mengayomi pinggir pantai tersebut. Kami menjumpai banyak pengunjung
yang begitu asyik berteduh di bawah rindang pepohonan, sambil mendengarkan
irama ombak yang dibawa tiupan angin.
Ternyata pantai berada di bawah
sana, ya .. kami berada di atas bukit yang cukup tinggi. Sangat berbeda dengan
pantai-pantai di selatan Pulau Jawa yang langsung berhadapan dengan dataran
seperti Pantai Pangandaran, Pantai Parangtritis, Pantai Glagah Indah, Pantai
Baron dan sebagainya. Dari ketinggian, kami dapat melihat indahnya pantai
menghampar di depan kami. Melihat ke bawah, ternyata ramai oleh pengunjung yang
bermain dengan ombak di bawah sana.
Setelah puas menikmati keindahan
dari atas bukit, kami tergoda untuk turun ke pantai supaya bisa merasakan
terpaan ombak pada tubuh kami. Bukan hanya terpaan ternyata, saya kesiram ombak
tinggi yang tidak saya duga hingga harus mengeluarkan baju kering dari dalam
tas untuk mengganti baju yang basah kuyup.
Puas sekali rasanya, kami seperti mendapatkan energi baru untuk melanjutkan perjalanan menempuh jarak 200 km ke kediaman kami di Bandung. Rekan-rekan sekalian dapat melihat album wisata alam kami di Pantai Karang Nini. Meskipun sudah berlalu 2 tahun, namun masih segar dalam ingatan untuk dapat saya bagikan kepada rekan-rekan sekalian. Terimakasih telah mampir, salam dari Bandung.