Belakangan ini sering kita mendengar masyarakat yang ingin menjalani pola hidup sehat, disarankan mengurangi konsumsi “Gula”. Bahkan untuk m...
Belakangan ini sering kita mendengar masyarakat yang ingin menjalani pola hidup sehat, disarankan mengurangi konsumsi “Gula”. Bahkan untuk menghindari konsumsi gula lebih disarankan menggunakan pemanis buatan. Lebih diyakinkan lagi dengan gencarnya produsen mengiklankan “pemanis buatan” tersebut, bahkan produsen menyatakan bahwa produk tersebut bisa dipakai untuk mencegah penyakit diabetes, karena produk mereka terbuat dari bahan alami yang rendah gula.
Sedikit sharing dari ruang praktek saya sebagai Ahli Gizi, kebanyakan pasien diabetes menggunakan jenis pemanis buatan ini dengan persepsi tidak akan berpengaruh terhadap gula darah mereka. Namun jika melihat hasil laboratorium, gula darah mereka tidak menunjukkan perbaikan apapun. Ada juga pasien yang takut terkena diabetes akhirnya mengganti konsumsi gula dengan gula buatan tersebut. Berdasarkan beberapa pengalaman ini saya tergugah untuk sedikit membahas mengenai pemanis buatan, berikut ulasannya.
Menurut Peraturan Menteri Kehatan RI No. 1168/Menkes/PER/X/1999 Pemanis buatan adalah zat tambahan dalam makanan yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan rasa manis dan tidak atau hanya sedikit nilai gizi (non-nutritive sweeteners), sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan beredar di Indonesia yaitu aspartam, acesulfam-k, alitam, meotam, siklamat, sakarin, sucralosa, isomalt, xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan kaktitol. Berikut beberapa ulasan pemanis buatan yang banyak beredar di Indonesia:
1. ASPARTAME
Adalah pemanis buatan yang tersusun dari 2 macam asam amino yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Asam aspartat dan fenilalanin merupakan asam amino yang menyusun protein serta senyawa penghantar pada sistem saraf (neurotransmiter). Aspartame memiliki kadar kemanisan 200 kali daripada gula (sukrosa), dan banyak dijumpai pada produk-produk minuman dan makanan/permen rendah kalori atau sugar-free. Aspartame di dalam tubuh di ubah menjadi 3 komposisi dasar yaitu phenylalanine, aspartate dan methanol. Phenylalanine adalah asam amino yang tidak dapat dicerna oleh seseorang yang tidak mempunyai enzim phenylalanine yang berfunsi untuk zat transmisi saraf otak. Akibatnya phenylalanine terakumulasi dalam jaringan saraf dan dapat menyebabkan cacat mental. Phenylalanine dilaporkan dapat menyebabkan kejang-kejang dan didegradasi menjadi diketopiperazine zat penyebab tumor. Sedangkan methanol dicerna dalam lambung berubah menjadi formaldehid (formalin) yang kemudian mengalami perubahan menjadi senyawa asam yang bernama asam format, sehingga pada akhirnya menimbulkan peningkatan derajat keasaman dalam darah, atau asidosis metabolik. Ditengarai pula bahwa formaldehid yang terbentuk dapat terakumulasi dalam sel, kemudian bereaksi dengan berbagai enzim dan DNA di mitokondria maupun inti sel, sehingga dapat merusak saraf mata dan menyebabkan kebutaan, serta berpotensi mencetuskan keganasan atau kanker pada pengguna jangka panjang.
2. ACESULFAME K
Acesulfame K adalah senyawa kimia yang tidak dimetabolisme oleh tubuh sehingga mendapatkan reputasinya sebagai pemanis bebas kalori atau bebas lemak. Bahan ini dibuat dari asam acetoacetic dan kalium yang membentuk senyawa kristal sangat stabil dan digunakan sebagai pemanis. Acesulfame K biasa disebut pula sebagai garam kalium dari 6-metil-1,2,3-oxathiazine-4 (3H)-1,2,2-dioksida dengan rumus molekul C4H4KNO4S. Senyawa ini memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan aspartam yang juga merupakan pemanis buatan. Acesulfame K mempunyai tingkat kestabilan yang lebih tinggi daripada aspartame sehingga apabila terpapar dengan suhu tinggi, acesulfame K tidak mengalami perubahan.
Dalam proses penyerapannya, acesulfame K diubah menjadi metilen klorida (senyawa karsinogenik). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa acesulfame K memicu kanker paru-paru dan payudara.
Penderita diabetes mungkin berpikir acesulfame K merupakan senyawa ideal sebagai pengganti gula. Namun, penggunaan berlebihan dapat merangsang .
3. SIKLAMAT
Siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya yang tidak kalah populer. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis daripada gula. Siklamat diperjual belikan dalam bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika serikat, Kanada, dan Inggris sejak tahun 1970-an karena produk hasil metabolisme dari siklamat yaitu senyawa sikloheksamina merupakan senyawa karsinogen. Pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih pada tikus.
4. SAKARIN
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Sakarin memiliki struktur yang berbeda dengan karbohidrat, karena sakarin tidak menghasilkan kalori.
Sakarin berperan sebagai pemanis alternatif pengganti gula pasir. Sakarin dikenal sebagai pemanis tanpa kalori dan harganya murah, serta tidak bereaksi dengan bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Hal tersebut menyebabkan sakarin lebih populer dan banyak digunakan di Indonesia. Sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan, meskipun demikian, sakarin dapat meningkatkan sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga dapat menimbulkan hipoglikemi. Berdasarkan hasil percobaan pada binatang pengerat, sakarin dapat menyebabkan kanker. Apabila digunakan dalam dosis tinggi sakarin dapat menyebabkan tumor kandung kemih.
5. SORBITOL
Sorbitol suatu poliol (alkohol gula) bahan pemanis yang ditemukan dalam berbagai produk makanan. Struktur molekulnya mirip dengan glukosa, hanya gugus aldehide pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Kemanisan sorbitol sekitar 60% dari kemanisan sukrosa (gula tebu) dengan ukuran kalori sekitar sepertiganya. Rasanya lembut di mulut dengan rasa manis. Sorbitol dapat mengakibatkan nyeri pada perut, dan diare.
Berdasarkan ulasan diatas penggunaan pemanis buatan tidak memberikan dampak yang baik untuk kesehatan. Hal ini untuk membantu Anda para konsumen agar lebih teliti dan cerdas dalam membeli suatu produk makanan untuk kesehatan Anda.
Periksalah selalu label makanan sebelum anda beli, hal ini untuk menghindari Anda dari bahan makanan yang tidak baik untuk tubuh.
Sedikit sharing dari ruang praktek saya sebagai Ahli Gizi, kebanyakan pasien diabetes menggunakan jenis pemanis buatan ini dengan persepsi tidak akan berpengaruh terhadap gula darah mereka. Namun jika melihat hasil laboratorium, gula darah mereka tidak menunjukkan perbaikan apapun. Ada juga pasien yang takut terkena diabetes akhirnya mengganti konsumsi gula dengan gula buatan tersebut. Berdasarkan beberapa pengalaman ini saya tergugah untuk sedikit membahas mengenai pemanis buatan, berikut ulasannya.
Menurut Peraturan Menteri Kehatan RI No. 1168/Menkes/PER/X/1999 Pemanis buatan adalah zat tambahan dalam makanan yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan rasa manis dan tidak atau hanya sedikit nilai gizi (non-nutritive sweeteners), sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan beredar di Indonesia yaitu aspartam, acesulfam-k, alitam, meotam, siklamat, sakarin, sucralosa, isomalt, xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan kaktitol. Berikut beberapa ulasan pemanis buatan yang banyak beredar di Indonesia:
1. ASPARTAME
Adalah pemanis buatan yang tersusun dari 2 macam asam amino yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Asam aspartat dan fenilalanin merupakan asam amino yang menyusun protein serta senyawa penghantar pada sistem saraf (neurotransmiter). Aspartame memiliki kadar kemanisan 200 kali daripada gula (sukrosa), dan banyak dijumpai pada produk-produk minuman dan makanan/permen rendah kalori atau sugar-free. Aspartame di dalam tubuh di ubah menjadi 3 komposisi dasar yaitu phenylalanine, aspartate dan methanol. Phenylalanine adalah asam amino yang tidak dapat dicerna oleh seseorang yang tidak mempunyai enzim phenylalanine yang berfunsi untuk zat transmisi saraf otak. Akibatnya phenylalanine terakumulasi dalam jaringan saraf dan dapat menyebabkan cacat mental. Phenylalanine dilaporkan dapat menyebabkan kejang-kejang dan didegradasi menjadi diketopiperazine zat penyebab tumor. Sedangkan methanol dicerna dalam lambung berubah menjadi formaldehid (formalin) yang kemudian mengalami perubahan menjadi senyawa asam yang bernama asam format, sehingga pada akhirnya menimbulkan peningkatan derajat keasaman dalam darah, atau asidosis metabolik. Ditengarai pula bahwa formaldehid yang terbentuk dapat terakumulasi dalam sel, kemudian bereaksi dengan berbagai enzim dan DNA di mitokondria maupun inti sel, sehingga dapat merusak saraf mata dan menyebabkan kebutaan, serta berpotensi mencetuskan keganasan atau kanker pada pengguna jangka panjang.
2. ACESULFAME K
Acesulfame K adalah senyawa kimia yang tidak dimetabolisme oleh tubuh sehingga mendapatkan reputasinya sebagai pemanis bebas kalori atau bebas lemak. Bahan ini dibuat dari asam acetoacetic dan kalium yang membentuk senyawa kristal sangat stabil dan digunakan sebagai pemanis. Acesulfame K biasa disebut pula sebagai garam kalium dari 6-metil-1,2,3-oxathiazine-4 (3H)-1,2,2-dioksida dengan rumus molekul C4H4KNO4S. Senyawa ini memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan aspartam yang juga merupakan pemanis buatan. Acesulfame K mempunyai tingkat kestabilan yang lebih tinggi daripada aspartame sehingga apabila terpapar dengan suhu tinggi, acesulfame K tidak mengalami perubahan.
Dalam proses penyerapannya, acesulfame K diubah menjadi metilen klorida (senyawa karsinogenik). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa acesulfame K memicu kanker paru-paru dan payudara.
Penderita diabetes mungkin berpikir acesulfame K merupakan senyawa ideal sebagai pengganti gula. Namun, penggunaan berlebihan dapat merangsang .
3. SIKLAMAT
Siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya yang tidak kalah populer. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis daripada gula. Siklamat diperjual belikan dalam bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat dilarang penggunaannya di Amerika serikat, Kanada, dan Inggris sejak tahun 1970-an karena produk hasil metabolisme dari siklamat yaitu senyawa sikloheksamina merupakan senyawa karsinogen. Pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih pada tikus.
4. SAKARIN
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Sakarin memiliki struktur yang berbeda dengan karbohidrat, karena sakarin tidak menghasilkan kalori.
Sakarin berperan sebagai pemanis alternatif pengganti gula pasir. Sakarin dikenal sebagai pemanis tanpa kalori dan harganya murah, serta tidak bereaksi dengan bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Hal tersebut menyebabkan sakarin lebih populer dan banyak digunakan di Indonesia. Sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan, meskipun demikian, sakarin dapat meningkatkan sekresi insulin karena rasa manisnya, sehingga dapat menimbulkan hipoglikemi. Berdasarkan hasil percobaan pada binatang pengerat, sakarin dapat menyebabkan kanker. Apabila digunakan dalam dosis tinggi sakarin dapat menyebabkan tumor kandung kemih.
5. SORBITOL
Sorbitol suatu poliol (alkohol gula) bahan pemanis yang ditemukan dalam berbagai produk makanan. Struktur molekulnya mirip dengan glukosa, hanya gugus aldehide pada glukosa diganti menjadi gugus alkohol. Kemanisan sorbitol sekitar 60% dari kemanisan sukrosa (gula tebu) dengan ukuran kalori sekitar sepertiganya. Rasanya lembut di mulut dengan rasa manis. Sorbitol dapat mengakibatkan nyeri pada perut, dan diare.
Berdasarkan ulasan diatas penggunaan pemanis buatan tidak memberikan dampak yang baik untuk kesehatan. Hal ini untuk membantu Anda para konsumen agar lebih teliti dan cerdas dalam membeli suatu produk makanan untuk kesehatan Anda.
Periksalah selalu label makanan sebelum anda beli, hal ini untuk menghindari Anda dari bahan makanan yang tidak baik untuk tubuh.